Lewati ke konten

Dari Bayi Plastik sampai Hujan Mikroplastik: ECOTON Ajak Warga Jadi Peneliti di Festival Mbois – 10 ICCF 2025 di Malang Creative Center

| 5 menit baca |Ekologis | 8 dibaca
Oleh: Titik Terang Penulis: Fio Atmadja Editor: Supriyadi
Terverifikasi Bukti

KALAU kamu pikir plastik cuma masalah di tong sampah, pikir lagi. Di lantai empat Malang Creative Center (MCC), Ecological Observation and Wetlands Conservation (ECOTON) dan United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO) baru saja membuka pameran Edukasi Mikroplastik yang bikin siapa pun mendadak mikir ulang tiap kali beli air mineral. Ada akuarium berisi “bayi plastik”, mikroskop yang menampilkan partikel mini nyasar ke tubuh manusia, sampai instalasi kran plastik yang terus menetes — simbol bocornya gaya hidup modern kita yang penuh plastik sekali pakai.

Dari anak SD sampai mahasiswa, semua tumplek di Festival Mbois ke-10 yang digelar di MCC, Malang. Sejak pagi, gedung penuh dengan berbagai kegiatan, pameran seni, latihan modelling, pemutaran film lokal, pameran edukasi lingkungan, hingga talkshow ekonomi kreatif.

Acara pembukaan dihadiri oleh CEO BNI Soesetyo Priharjanto dan Kepala Dinas Koperasi, Perindustrian, dan Perdagangan Kota Malang Eko Sri Yuliadi, yang mewakili Wali Kota Malang Wahyu Hidayat.

Pengunjung diajak jadi peneliti sungguhan lewat gerakan citizen science, metode sains partisipatif yang melibatkan masyarakat meneliti air hujan untuk mencari jejak mikroplastik. Ya, bahkan hujan pun sekarang nggak sesuci dulu.

Pengunjung mengamati hasil penelitian air yang mengandung mikroplastik di Pameran Edukasi Mikroplastik ECOTON–UNESCO, Festival Mbois X ICCF 2025. Melalui mikroskop, mereka melihat langsung partikel plastik halus yang selama ini tak kasat mata namun sudah mencemari air dan tubuh manusia. | Foto: Ecoton

#Malang Jadi Pusat Eksperimen “Plastik”

Gedung MCC, Kamis, 6 November 2025, berubah jadi laboratorium besar. ECOTON, lembaga pemerhati lingkungan yang sudah sering bikin heboh dengan aksi sungai dan kampanye anti-plastik, hadir bareng UNESCO membuka Pameran Edukasi Mikroplastik dan Pengurangan Plastik Sekali Pakai dalam rangka Indonesia Creative Cities Festival (ICCF) 2025.

Acara ini bagian dari Festival Mbois ke-10, hajatan tahunan pelaku ekonomi kreatif Malang yang berlangsung sampai 9 November 2025. Sejak pukul 09.00 WIB, MCC sudah ramai. Ada pameran seni, pemutaran film lokal, sampai talkshow ekonomi kreatif. Tapi yang paling ramai justru stan ECOTON, pameran yang nggak cuma menampilkan benda-benda, tapi juga rasa takut, jijik, dan kesadaran baru.

Instalasi kran plastik di lantai 3 MCC meneteskan air berwarna keruh, simbol bocornya plastik dari aktivitas manusia ke lingkungan. Naik ke lantai 4, pengunjung langsung disambut “bayi plastik” di akuarium – karya yang menggambarkan bayi manusia yang lahir di dunia tercemar mikroplastik. ECOTON juga memamerkan hasil riset bersama Fakultas Kedokteran Unair Surabaya yang menemukan mikroplastik pada cairan amnion dan urin ibu hamil.

“Kita ingin mengedukasi pengurangan plastik sekali pakai tidak hanya dari sisi lingkungan saja, tapi juga dari sisi kesehatan. Mikroplastik yang masuk ke tubuh manusia bisa berdampak pada hormon, kesuburan, bahkan kesehatan janin. Jadi, ini bukan isu jauh, tapi isu yang sangat dekat dengan kehidupan kita,” ujar Rafika Aprilianti dari ECOTON di sela pameran.

Instalasi bayi plastik di Pameran Edukasi Mikroplastik ECOTON–UNESCO, Festival Mbois X ICCF 2025 Malang. Simbol generasi yang lahir di dunia yang sudah tercemar plastik dari udara hingga tubuh manusia. | Foto: Ecoton

#Jadi Peneliti, Cukup dengan Ember dan Hujan

Berbeda dari pameran lingkungan kebanyakan, ECOTON mengajak pengunjung untuk ikut meneliti langsung. Konsepnya disebut citizen science — sains partisipatif di mana siapa pun bisa jadi ilmuwan.

Caranya? Gampang. Warga hanya perlu menampung air hujan di wadah bersih, lalu mengirimkan sampelnya ke laboratorium ECOTON untuk diperiksa kandungan mikroplastiknya. Gerakan ini jadi cara baru untuk memetakan sejauh mana pencemaran mikroplastik sudah menyebar lewat udara dan hujan.

“Mikroplastik sudah ditemukan di udara, air sungai, air minum, bahkan di tubuh manusia. Kini kami ingin membuktikan seberapa luas pencemaran ini lewat air hujan. Kami mengundang siapa pun yang peduli untuk bergabung mengumpulkan bukti ilmiah ini bersama kami,” tambah Rafika.

Lebih dari 200 pengunjung dari berbagai kalangan, mulai dari siswa SD, SMP, SMA, hingga masyarakat umum, sudah mampir di hari pertama. Mereka tak cuma melihat, tapi juga belajar. Anak-anak tampak antusias mengintip mikroskop, mencari partikel plastik kecil yang hampir tak kasat mata.

Salah satunya Aesar, siswa kelas 5 SD Klojen, dengan polosnya bilang, “Aku baru tahu kalau di air minum dan udara bisa ada plastik kecil yang nggak kelihatan. Jadi aku mau belajar cara kurangi sampah plastik dari rumah.”

#Bayi Plastik dan Kesadaran Baru

Visualisasi bayi plastik jadi pusat perhatian. Banyak pengunjung yang berhenti lama, mengambil foto, lalu menghela napas. Di antara keramaian pameran seni dan musik, ruang ECOTON terasa seperti jeda untuk refleksi.

“Awalnya saya kira ini cuma pameran sampah plastik biasa,” ujar Gedeon, ketua panitia Festival Mbois-10 ICCF 2025. “Tapi pameran ECOTON membuka mata saya bahwa isu plastik bukan cuma tentang sampah di sungai, tapi juga tentang kesehatan kita. Visualisasi bayi plastik dan mikroskopnya bikin sadar bahwa polusi ini sudah sampai ke tubuh manusia.”

Pengunjung melihat instalasi kran plastik di lantai 3 Malang Creative Center, simbol “kebocoran plastik” dari aktivitas harian manusia ke lingkungan. Karya ini menjadi pesan visual kuat dalam Pameran Edukasi Mikroplastik ECOTON–UNESCO di Festival Mbois X ICCF 2025. | Foto: Ecoton

Instalasi kran plastik yang terus menetes seolah menyindir betapa hidup manusia modern penuh “kebocoran.” Setiap minuman kemasan, bungkus makanan, atau sedotan sekali pakai yang kita gunakan, menetes jadi masalah baru bagi lingkungan.

#Dari Malang untuk Bumi yang Lebih Mbois

Pameran ECOTON ini bukan sekadar tambahan agenda ICCF 2025, tapi pernyataan keras, kreativitas tak ada gunanya kalau bumi rusak. Di tengah euforia festival yang dipenuhi musik, kuliner, dan workshop, ECOTON dan UNESCO membawa pesan serius dengan cara yang menarik.

Lewat seni, sains, dan partisipasi warga, mereka ingin mendorong lahirnya regulasi nasional soal plastik dan mikroplastik. Semakin banyak data ilmiah dari warga, semakin kuat pula desakan terhadap pembuat kebijakan untuk bertindak.

“Melalui seni, edukasi, dan sains, kami ingin menunjukkan bahwa perubahan bisa dimulai dari kesadaran kecil. Setiap botol plastik yang kita tolak, setiap isi ulang yang kita lakukan, adalah langkah menuju bumi yang lebih sehat,” tutup Kurnia Rahmawati yang biasa disapa Ara, koordinator pameran.

Kalau ingin ke sana, pameran ini bisa dikunjungi sampai 9 November 2025 di lantai 4 MCC. Siapa pun bisa datang, belajar, dan mungkin pulang dengan sedikit rasa bersalah. Tapi juga harapan bahwa bumi ini masih bisa diselamatkan, mulai dari satu tetes hujan dan satu langkah kecil tanpa plastik.***

 

Tinggalkan Komentar

Email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *