KEGIATAN sidak seharusnya jadi hari serius bagi Menteri Koordinator Bidang Pangan Zulkifli Hasan pada Sabtu sore (25/10/2025).
Ia datang ke Kabupaten Jombang, Jawa Timur, untuk sidak gudang pupuk, memastikan stok aman menjelang musim tanam.
Tapi sebelum sampai ke Gudang pupuk, rombongan menteri malah dapat pelajaran geografi dari Google Maps. Dari arah Desa Ngrandu, Peterongan menuju Desa Plosogenuk, Jombang, iring-iringan belasan mobil itu seharusnya belok kiri.
Namun, Patwal dengan percaya diri mengambil jalur kanan dan berakhir di jalan sempit masuk pemukiman warga Desa Karangdagangan, Bandarkedungmulyo. Rumah-rumah penduduk mendadak heboh. Ada yang nyapu halaman sambil melongo, ada yang nyeletuk, “Lho, kok mirip mobil pejabat… tapi kok lewat sini?”
Mungkin ini yang disebut jalan menuju kesejahteraan petani, tapi lewat jalur warga dulu. Itu mungkin. Kalau mungkin diubah menyata nyata, tidaklah salah.
#Google Maps, Patwal, dan Kesalahan yang Terstruktur tapi Tidak Sistematis
Ketika barisan mobil mulai kesulitan balik arah, salah satu polisi pengawal akhirnya jujur pada protokol, “Salah jalan, Pak. Ikut Google Maps.”
Dan seketika, semua logika transportasi publik tersapu tawa warga. Mobil-mobil menteri itu harus mundur satu-satu seperti barisan CPNS yang disuruh revisi laporan.
Suasana makin ramai. Beberapa warga merekam dari teras rumah, mungkin sambil mikir, “Berarti bukan cuma rakyat yang bisa disesatkan Google, pejabat juga bisa.”

#Di Warung Kopi Ploso, Cerita Jadi Lebih Gurih dari Pupuk Subsidi
Ahad pagi, (26/10/2025), kabar itu sudah beredar lebih cepat dari sinyal 4G. Di warung kopi pinggir jalan Ploso, obrolan warga langsung nyamber.
“Katanya menteri pupuk nyasar, Le, wingi!” ujar seorang bapak sambil menuangkan kopi hitamnya di atas lepek, agar hangat-hangat saat diseruput.
“Wajar, Lek. Namanya juga mau nyari jalan subur, kadang harus lewat jalan buntu dulu,” timpal yang duduk di sebelahnya.
“Ya, untung saja nggak nyasar ke Dungurip,” tambah yang lain juga dengan disambut tawa mereka. Dungurip adalah Dusun Kedungurip, Desa Brudu, Sumobito, yang saat ini lagi viral karena protes warga jalan rusak ditanami pohon pisang.
Sementara itu, di Instagram @jombanginformasi_, warganet lebih cepat menabur komentar @roni_choirudinjm: “Kok isoooo…”
@ranzyillahi77: “Mungkin mari begadang patwal e
@edi_vanderwijk: “Sopir gobl*k! Gk ngerti gogelmap!”
Di negeri yang tiap minggu ada sidak, mungkin ini pertama kalinya Google yang menyesatkan pejabat.
#Setelah Nyasar, Baru Bicara Soal Pupuk
Begitu sampai di gudang pupuk di Plosogenuk, Zulkifli Hasan langsung bergeser dari mode “nyasar” ke mode “optimistis.”
Ia menyampaikan bahwa stok pupuk di Jawa Timur mencapai 2 juta ton, dan baru 1,5 juta yang tertebus.
“Sekarang petani bisa tenang. Harga pupuk turun, stok aman. Kebijakan Presiden Prabowo benar-benar terasa di lapangan,” ujarnya dengan senyum lega. Mungkin karena sudah berhasil keluar dari gang sempit.
Penurunan harga itu memang signifikan:
- Urea dari Rp2.250 → Rp1.800/kg
- NPK dari Rp2.300 → Rp1.840/kg
- ZA dari Rp1.700 → Rp1.360/kg
- Pupuk organik dari Rp800 → Rp640/kg
Pupuk jadi lebih murah, petani diuntungkan, dan mungkin ke depan Google Maps juga bakal diperbarui agar pejabat tak perlu sidak lewat gang warga. Asal tak masuk tender, tinggal klik sudah persisi.
Dan begitulah Jombang Sabtu sore itu. Pemerintah bicara soal pupuk yang melimpah, warga bicara soal jalan yang sempit, sementara netizen, seperti biasa, bicara yang paling cepat.
Karena di negeri ini, berita baik kadang datang setelah salah belok.***