Lewati ke konten

Kalau Pembela Lingkungan Bisa Hilang, Siapa yang Mau Selamatkan Bumi?

| 3 menit baca |Ekologis | 3 dibaca
Oleh: Titik Terang Penulis: Ulung Hananto Editor: Supriyadi
Terverifikasi Bukti

KITA SERING dengar slogan “Save the Earth”. Tapi pernah terpikir nggak, siapa yang sebenarnya kerja keras menyelamatkan bumi, dan kenapa mereka justru yang paling sering diserang?

Menurut laporan terbaru Global Witness, jadi pembela lingkungan itu bukan cuma urusan tanam pohon dan bersihin pantai. Ini soal hidup dan mati.
Serius. Mati beneran.

#Dibunuh karena Menanam, Dikriminalisasi karena Bersuara

Setiap hari, orang-orang di berbagai penjuru dunia berdiri di garis depan melindungi tanah, hutan, dan udara yang kita hirup. Tapi negara dan korporasi sering kali menjawab perjuangan itu bukan dengan terima kasih, melainkan dengan borgol, tuduhan, atau peluru.

Dalam laporan mereka, Global Witness mencatat setidaknya 146 pembela lingkungan dibunuh atau hilang pada tahun 2024. Jumlah sebenarnya bisa lebih tinggi, karena banyak kasus tidak pernah dilaporkan.

Sejak 2012, sudah 2.253 orang pembela hak lingkungan yang dibunuh atau dihilangkan.

Dan tebak siapa juaranya?

Bukan negara dengan hutan paling luas, tapi negara dengan korupsi dan tambang paling rakus: Kolombia (48 kasus), Guatemala (20), dan Meksiko (19).

Indonesia juga “masuk klasemen”, dengan 5 pembela lingkungan dibunuh atau hilang tahun 2024.

Selamat, kita berhasil lagi jadi “negara kompetitif” dalam urusan yang salah.

 

#Hukum yang Dipelintir, Pembela yang Dipenjarakan

Pemerintah di banyak negara ternyata punya hobi baru, menggunakan hukum untuk membungkam suara rakyat.

Antara 2018–2024, setidaknya 341 pembela hak tanah dan lingkungan di Asia (termasuk Indonesia, Filipina, Vietnam, dan India) ditangkap atau ditahan.

Sebanyak 59% kasus penangkapan itu terkait perjuangan mempertahankan tanah.
Sementara 1 dari 5 kasus terjadi karena “kejahatan berbicara”, difitnah, dilabeli menyebar kebencian, atau dianggap propaganda melawan negara.

Di Inggris—yang katanya kiblat demokrasi—hampir 7.000 pengunjuk rasa iklim ditangkap sejak 2019.

Ternyata kebebasan berpendapat memang enak di spanduk, tapi pahit di dunia nyata.

#Dari Dunia Nyata ke Dunia Maya: Kekerasan yang Menyambung

Kalau dulu para pembela lingkungan dihajar di lapangan, sekarang mereka juga dihajar di timeline.

Media sosial, tempat seharusnya mereka bisa kampanye dan mengorganisasi gerakan, malah jadi ladang teror baru.

Dari survei Global Witness terhadap 204 pembela lingkungan di seluruh dunia:

  • 92% pernah mengalami pelecehan atau kekerasan daring karena pekerjaan mereka.
  • 63% takut akan keselamatan diri dan keluarganya.
  • 75% bahkan mengalami kekerasan fisik setelah diserang secara daring.

Dan hanya 12% yang merasa puas dengan tanggapan media sosial terhadap laporan pelecehan.

Artinya, algoritma lebih cepat mendeteksi “konten tidak pantas” daripada “kekerasan terhadap pembela lingkungan”.

#Dunia Butuh Mereka, Tapi Dunia Juga Membunuh Mereka

Ironinya, tanpa orang-orang seperti mereka, kita mungkin sudah hidup di planet yang lebih cepat tenggelam, lebih panas, dan lebih kejam.

Mereka yang diserang itulah yang sebenarnya sedang menyelamatkan kita semua.

Tapi dalam sistem yang lebih memuja investasi daripada nyawa, keberanian membela lingkungan sering dibalas dengan teror.

Hukum dijadikan senjata, media sosial dijadikan jebakan, dan suara kebenaran dikubur bersama tanah yang mereka lindungi.

#Jadi, Siapa yang Mau Selamatkan Para Penyelamat?

Ketika para pembela lingkungan terus dibungkam, dunia kehilangan garda terakhirnya.
Dan kalau mereka semua sudah hilang, mungkin nanti tak ada lagi yang berani teriak “Save the Earth”—karena buminya sudah kehabisan orang yang peduli.

Global Witness, lewat laporannya, tak hanya mencatat angka kematian dan kekerasan. Mereka ingin menunjukkan satu hal sederhana tapi penting, membela lingkungan itu bukan kejahatan, dan mereka yang melakukannya seharusnya tidak perlu mati untuk itu.***

 

Tinggalkan Komentar

Email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *