Lewati ke konten

Lamongan Tambal Waduk, Biar Petani Tak Cuma Panen Doa Saat Kemarau Datang

| 3 menit baca |Sorotan | 1 dibaca
Oleh: Titik Terang Penulis: Hamim Anwar Editor: Marga Bagus

LAMONGAN – Di tengah cuaca yang makin susah ditebak—kadang panas kayak hati yang ditinggal pas lagi sayang-sayangnya, kadang hujan deras seolah langit lagi buang stok air—Pemerintah Kabupaten Lamongan memilih untuk tak cuma berdoa. Mereka kerja. Tepatnya, memperbaiki waduk dan embung yang selama ini jadi “tabungan air” bagi warga dan petani.

Totalnya lumayan, ada 96 titik proyek yang dibenahi tahun 2025 ini, 22 waduk dan rawa, serta 74 embung dan penampungan air lainnya. Targetnya, bukan cuma supaya sawah tetap hijau, tapi juga agar kran air rumah tangga gak ngadat pas musim kemarau datang.

Kepala Dinas Pekerjaan Umum Sumber Daya Air (PU SDA) Lamongan, Erwin Sulistya Pambudi, bilang kalau proyek ini bukan proyek musiman yang muncul karena headline “Lamongan kekeringan” naik di media.
“Upaya ini bagian dari penguatan sumber daya air agar keberlanjutan pasokan air bersih tetap terjaga. Kami targetkan seluruhnya rampung pada 10 Desember 2025,” ujar Erwin, Rabu (8/10/2025).

Kalimatnya diplomatis, tapi maksudnya jelas, Lamongan sedang menambal waduk, sambil menjahit harapan petani yang sudah lama takut musim kemarau datang lebih cepat dari hujan.

#Dari Waduk ke Embung, Dari Sawah ke Dapur

Untuk urusan waduk dan rawa, ada 22 titik yang direhabilitasi dengan total volume 127.500 meter kubik. Progresnya sudah 62 persen—angka yang, dalam logika proyek daerah, bisa berarti “sedang dikebut sebelum audit datang.”
Beberapa waduk sudah rampung dan bisa selfie bareng airnya lagi: Waduk Maduran, Takeran, Delikguno, Canggah, Kedungdowo, dan Sluis Keyongan.

Kata Erwin, rehabilitasi ini tak sekadar urusan fisik bangunan air. “Waduk dan embung itu bukan hanya tampungan air, tapi juga sumber kehidupan. Kalau waduknya sehat, sawahnya ikut sehat, masyarakat juga tenang,” jelasnya.

Waduk-waduk itu memang bukan cuma genangan air, tapi juga memori dan penghidupan—tentang anak-anak yang dulu main perahu botol di pinggirnya, atau petani yang mengandalkan airnya buat menyiram jagung dan padi.

Sementara di lini embung dan penampungan air, ada 74 titik proyek dengan total volume 419.000 meter kubik, dan realisasinya sudah mencapai 68 persen. Embung-embung ini ibarat power bank air—kecil, tapi menyelamatkan saat baterai waduk besar mulai low.

#Air untuk Sawah, Industri, dan Harapan yang Tak Kering

Selain memastikan sawah tetap hijau dan warga tetap bisa mandi tanpa drama “air mati”, rehabilitasi ini juga punya efek domino. Air bersih mendukung industri, kesehatan, dan ekosistem lingkungan.

Dalam jangka panjang, proyek ini diharapkan bisa mengurangi risiko kekeringan, yang tiap tahun datang seperti tamu tak diundang tapi selalu tahu alamat.

Erwin menegaskan, semua ini bagian dari strategi menjaga keseimbangan.
Air bukan cuma soal infrastruktur, tapi juga soal keberlanjutan hidup. Karena di Lamongan, setiap tetes air bisa berarti satu musim panen—atau satu musim panik.***

Tinggalkan Komentar

Email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *