Lewati ke konten

“Indonesia Bukan Tempat Sampah Dunia”: Seruan Aeshnina Azzahra di Forum Internasional

| 5 menit baca |Highlight | 8 dibaca
Oleh: Titik Terang Penulis: Supriyadi
Terverifikasi Bukti

ARTIKULASINYA jelas, terurai dalam kalimat tone terang. Di hadapan ilmuwan, aktivis, dan pembuat kebijakan dari berbagai negara, Aeshnina Azzahra Aqilani, remaja 13 tahun asal Gresik, Jawa Timur, menyampaikan peringatan yang menggema hingga lintas benua.

“Indonesia is not a global dumpsite. Please stop exporting plastic waste to my country.”

Pidato itu ia sampaikan dalam ajang Plastic Health Summit 2021, yang digelar oleh Plastic Soup Foundation di Belanda. Di forum bergengsi tentang bahaya plastik terhadap kesehatan manusia itu, Nina — begitu ia disapa — mewakili suara generasi muda Indonesia yang menolak negaranya dijadikan tempat pembuangan limbah dunia.

#Sampah Dunia di Halaman Rumah

Nina memulai dengan sebuah pertanyaan sederhana kepada para peserta forum, “Do you know what will happen to your trash after you throw it in a recycle bin?”

Bagi sebagian orang di Eropa atau Amerika, pertanyaan itu mungkin remeh. Namun jawaban Nina membuat banyak hadirin terdiam.

“Some of your trash ends up being dumped and burned in people’s front yards in Bangun village,” katanya.

Desa Bangun yang ia sebut terletak di Kabupaten Mojokerto, hanya 20 menit dari rumahnya di Gresik. Di sana, berton-ton limbah plastik impor menumpuk di halaman rumah warga, di pinggir sawah, bahkan di tepi Sungai Brantas, salah satu sungai utama di Jawa Timur.

Setiap tahun, Indonesia mengimpor lebih dari 3 juta ton limbah kertas untuk memenuhi kebutuhan industri kertas domestik. Namun di antara balok-balok kertas bekas itu, terselip sekitar 900 ribu ton kontaminan plastik kotor dan tak dapat didaur ulang. “Plastik-plastik itu diselundupkan di dalam pengiriman limbah kertas,” kata Nina menjelaskan.

#Ledakan Limbah Pasca Larangan China

Masalah kian memburuk sejak China menutup impor limbah dunia pada 2018. Akibatnya, arus limbah berpindah ke Asia Tenggara. Pengiriman limbah kertas ke Indonesia meningkat hampir 50 persen dibanding tahun sebelumnya. Limbah itu datang dari Italia, Inggris, Kanada, Jepang, Belanda, dan Amerika Serikat.

Di berbagai desa seperti Bangun, tumpukan plastik bekas impor kemudian dipilah oleh warga untuk dijual ke pabrik daur ulang. Plastik yang tak laku didaur ulang dijual ke pabrik tahu dan genteng sebagai bahan bakar murah. Setiap hari, asap hitam dari pembakaran plastik membumbung ke udara, mencemari lingkungan dan pernapasan warga.

“Orang-orang di sana tidak tahu bahaya membakar plastik,” ujar Nina. “Padahal, itu bisa melepaskan gas rumah kaca dan dioksin beracun.”

Dengan tekun, Aeshnina Azzahra Aqilani mengamati aliran sungai di dekat rumahnya. Bagi remaja asal Gresik ini, air yang keruh bukan sekadar pemandangan — tapi tanda bahaya yang ia perjuangkan untuk diakhiri. | Foto: Dok Ecoto

#Racun di Telur dan Sungai

Abu hasil pembakaran plastik jatuh ke tanah, mencemari pakan ayam kampung yang dibiarkan berkeliaran. Penelitian Ecoton, lembaga yang menaungi gerakan River Warrior yang dipimpin Nina, menemukan telur ayam dari Desa Bangun mengandung dioksin melebihi ambang batas aman.

Tak hanya itu, proses daur ulang plastik juga mencemari Sungai Brantas. Limbah cair dari pabrik plastik dibuang langsung tanpa pengolahan. “Kami menemukan semua sampel air dari Brantas mengandung mikroplastik,” ujar Nina dalam pidatonya.

Hasil pengamatan tim River Warrior menunjukkan 80 persen ikan di Sungai Brantas menelan mikroplastik di perutnya. Padahal, sungai itu menjadi sumber air minum bagi lebih dari enam juta orang di Jawa Timur.
“Dalam jangka panjang, paparan mikroplastik dapat menyebabkan gangguan hormon, kanker, bahkan cacat lahir,” kata Nina.

#Surat untuk Presiden Amerika

Kegelisahan itu membuat Nina bertindak. Pada 2019, ia menulis surat terbuka kepada Presiden Donald Trump. Ia meminta agar Amerika Serikat menghentikan ekspor sampah plastik ke Indonesia dan mengolah limbahnya sendiri.

Dua tahun kemudian, ia kembali menulis kepada Presiden Joe Biden. Upayanya membuahkan hasil.

“Finally, the American paper waste export decreased by about 50%, from 900,000 tonnes in 2018 to 400,000 tonnes in 2020,” ujarnya bangga.

Namun Nina menegaskan, perjuangannya belum berakhir. Menurutnya, daur ulang plastik bukan solusi ramah lingkungan seperti yang sering dikampanyekan negara maju.

“Recycling is dirty and expensive. Please don’t add more waste problems to Indonesia,” katanya.

 

#Hak Anak atas Lingkungan Sehat

Dalam bagian akhir pidatonya, Nina menyampaikan pesan yang menusuk nurani. “As children, we have the right to live in a safe, clean, and healthy environment. The present generation should not steal our basic rights and endanger the next generation.”

Bagi Nina, isu plastik bukan semata urusan sampah, melainkan soal keadilan ekologis dan hak asasi anak. Ia khawatir masa depan generasinya akan rusak oleh kebijakan global yang tidak adil.

“If you keep exporting your plastic waste to Indonesia, then you are polluting my environment. Many children will get sick because of plastic pollution dumping and burning,” ujarnya.

#Mimpi untuk Masa Depan

Kini, melalui komunitas River Warrior Indonesia, Nina terus melakukan pemantauan kualitas air Sungai Brantas dan mengedukasi masyarakat tentang bahaya mikroplastik. Ia ingin memastikan anak-anak Indonesia bisa tumbuh tanpa dikelilingi racun plastik.

“Please help me make my dream come true — to live in a safe, clean, and healthy environment free from plastic pollution.”

Di usianya yang baru belasan tahun, Nina telah menjadi simbol perlawanan terhadap ketidakadilan lingkungan global. Suaranya mungkin kecil, tapi gaungnya terdengar hingga ruang-ruang kebijakan dunia.

#Profil Singkat:
Nama: Aeshnina Azzahra Aqilani
Usia (2021): 13 tahun
Asal: Gresik, Jawa Timur
Organisasi: River Warrior Indonesia (ECOTON)
Perjuangan: Menolak ekspor limbah plastik ke Indonesia, mengampanyekan hak anak atas lingkungan sehat
Capaian: Penurunan ekspor limbah kertas dari AS ke Indonesia hingga 50 persen setelah kampanye surat terbuka. ***

 

Tinggalkan Komentar

Email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *